Langsung ke konten utama

Kebaikan

📒 *Yang baik itu menjenakkan hati ...*

✍Dari An-Nawwas bin Sam'an radiallahu 'anhu berkata,

سَأَلْتُ رَسُولَ اَللَّهِ صلى الله عليه وسلم عَنْ اَلْبِرِّ وَالْإِثْمِ؟ فَقَالَ: ( اَلْبِرُّ حُسْنُ اَلْخُلُقِِ, وَالْإِثْمُ مَا حَاكَ فِي صَدْرِكَ, وَكَرِهْتَ أَنْ يَطَّلِعَ عَلَيْهِ اَلنَّاسُ )  أَخْرَجَهُ مُسْلِمٌ

Aku bertanya kepada Nabi Shallallahu 'alaihi Wasallam tentang al-birr (kebajikan) dan dosa. Beliau bersabda: "Kebaikan adalah akhlak yang baik sedangkan dosa adalah apa yang terlintas di jiwamu tetapi kamu benci/takut diketahui oleh orang lain", diriwayatkan oleh Imam Muslim, 2553.

Faedah ringkas hadits ini.

Nabi Shallallahu 'alaihi Wasallam menginformasikan kepada kita bahwa kebaikan adalah merupakan bagian dari akhlak yang baik yang dapat diketahui melalui hati nurani kita sebagaimana dijelaskan dalam riwayat yang lain dimana Nabi Shallallahu 'alaihi Wasallam menyarankan kepada kita agar kita minta 'fatwa' kepada hati nurani kita ketika terjadi perkara yang samar-samar karena sesungguhnya kebaikan itu adalah kebalikan dari dosa tersebut yaitu apa yang membuat jiwa/hati nurani tenang dan tentram kepadanya. Artinya apabila jiwa/hati nurani kita tidak menolaknya begitu pertama kali ingin kita lakukan dan tidak ragu-ragu atau merasa takut untuk diketahui oleh orang lain alias tidak sembunyi-sembunyi melakukannya maka itu merupakan tanda bahwa hal tersebut adalah baik.

Begitu pula sebaliknya, apabila begitu pertama kali ingin kita lakukan terasa was-was dan kita dalam melakukannya, takut diketahui oleh orang lain atau timbul keraguan untuk melakukannya (seperti dalam riwayat yang lain) maka itu pertanda bahwa apa yang kita akan lakukan itu adalah dosa.

Dalam hadits diatas dapat diambil kesimpulan sebagai berikut:

Kebaikan adalah akhlak yang baik dan dosa adalah apa yang terdetik di dalam hati/jiwa sedangkan pelakunya takut/benci diketahui oleh orang lain.

Dalam menghadapi hal yang masih samar dan meragukan, kita dianjurkan untuk merujuk/meminta "fatwa" hati nurani dan hal ini bagi orang Mukmin yang dilapangkan hati/dadanya oleh Allah sangat mudah dilakukan olehnya sehingga mereka jarang terkelabui dalam membedakan antara hak dan bathil.

Makna "al-Birr" sangat luas cakupannya begitu juga makna "al-Itsm" dan masing-masing sudah memiliki karakteristik tersendiri yang dapat diidentifikasi.

Hanya orang-orang yang dilapangkan dadanya oleh Allah lah yang dapat melihat suatu kebenaran dengan ilham yang berdasarkan kepada dalil syar'i seperti yang dilakukan Ulama Hadits Pilihan (an-Naqqad).

[ Disarikan dari Kitab karya Syaikh Ibnu Rajab al-Hambali, Juz II, hal. 93-108 ].

🍃Abu Yusuf Masruhin Sahal, Lc

    ✏📚✒.💖...

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Doa untuk teman

Kangen dengan kebaikan dan keharmonisan yang dulu. Tp fitnah semakin melanda, persaudaraan ataupun pertemanan bs seringkali tersisihkan. Untuk kita semua, saudara, teman yg pernah menghiasi perjalanan hidupku... #Doa untuk Saudaraku tercinta# Ya Allah mudahkanlah segala kesulitannya Dan jauhkan darinya segala yg mengganggu atau menyakitinya Aku titipkan kepada engkau ya Allah pemeliharaan atas hidupnya Jadikan hari-hari kehidupannya dari kebahagian menuju kepada kebahagiaan Dan jangan engkau berikan beban yg tidak sanggup ia pikul. #doa #teman #sahabat #saudara #fitnah #ukhuwah

bersyukur atas segala keadaan

The best stuffs buat anak muda yang merasa dirinya banyak kekurangan adalah bersyukur, improve kualitas diri & menambah ilmu, bukan rutin mantengin akun artis yang cakep & kaya. Ingat, mereka baca Al-Fatihah saja belum tentu lancar.

Zuhud

Zuhud Al-Hasan Al-Bashri menyatakan bahwa Zuhud itu bukanlah mengharamkan yang halal atau menyia-nyiakan harta, akan tetapi zuhud di dunia adalah engkau lebih mempercayai apa yang ada di tangan Allah daripada apa yang ada di tanganmu. Keadaanmu antara ketika tertimpa musibah dan tidak adalah sama saja, sebagaimana sama saja di matamu antara orang yang memujimu dengan yang mencelamu dalam kebenaran. Baca selengkapnya https://muslim.or.id/617-zuhud.html